Judul asli: Nelson, Craig. 2011. “‘The Energy of a Bright Tomorrow’: The Rise of Nuclear Power in Japan.” Origins 4 (9) (June). http://ehistory.osu.edu/osu/origins/article.cfm?articleid=57.

Origins, jurnal Universitas Negeri Ohio yang diterbitkan secara online (dengan slogan “Kejadian-kejadian Kontemporer Dalam Perspektif Sejarah) menerbitkan satu artikel menarik dari Craig Nelson, sejarawan nuklir Jepang. Nelson menulis sejarah singkat tenaga nuklir di Jepang dengan menelusuri kisah bagaimana suatu bangsa yang pernah hancur karena bom atom dan sangat menentang senjata pamungkas tersebut dapat menjadi bangsa yang sangat bergantung pada tenaga nuklir. Artikel ini cocok untuk dibaca oleh pelajar SMU ke atas dan akan sangat berguna bagi guru-guru dan murid-murid yang ingin belajar lebih mendalam mengenai sejarah nuklir di Jepang dalam periode yang mencakup tiga nama yang sekarang dikenal banyak orang: Hiroshima, Nagasaki, dan Fukushima.

Berikut adalah cuplikan artikel:

Walau Jepang dihantui oleh sejarah nuklir yang kelam, sangat mencengangkan melihat bagaimana Jepang berhasil mengembangkan program nuklir sipil ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Perancis.

Pemboman Hiroshima dan Nagasaki, bertebarnya partikel-partikel radioaktif setelah percobaan senjata nuklir Soviet, dan kejadian Lucky Dragon di tahun 1954 telah membuat bangsa Jepang, seperti yang dikatakan sebagian pengamat, menjadi “alergi nuklir”. Dalam sejarahnya, aktivis-aktivis anti-nuklir Jepang termasuk di antara yang paling keras menentang nuklir.

Tetapi keperluan energi yang mendesak untuk memasok perkembangan ekonomi yang pesat dan hubungan internasional yang kompleks setelah Perang Dunia II telah membuat Jepang memutuskan untuk mengembangkan tenaga nuklir.

Mengambil kebijakan nuklir adalah satu hal. Membujuk publik yang sungkan adalah hal yang lain. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan listrik Jepang gencar mempromosikan tenaga nuklir. Mereka juga memulai kampanye mereka dengan menciptakan gambaran yang positif mengenai tenaga nuklir di masyakarat di pertengahan tahun 1950an.

Di Futaba, sebuah papan reklame dengan moto “tenaga nuklir adalah energi terang masa depan” menjadi pengingat kampanye tentang Jepang yang bertenaga nuklir di masa depan.

Tenaga nuklir tetap menjadi isu yang sensitif di Jepang dan masyarakat Jepang cenderung bersikap ambigu sekaligus bertambah khawatir terhadap energi nuklir. Pemerintah Jepang, di lain pihak, tetap mendukung energi nuklir, lepas dari kejadian-kejadian kecelakaan yang mempertanyakan tingkat keselamatan energi nuklir, seperti yang terjadi di Chernobyl dan Three Mile Island.

Apapun akibat dari musibah Fukushima Daiichi, isu nuklir berperan penting dalam politik, masyakarat, dan budaya bangsa Jepang dalam tujuh puluh tahun belakangan—satu hal yang tidak akan surut untuk beberapa waktu ke depan.

Baca artikel lengkapnya di Origins.
Dengar wawancara NPR dengan Craig Nelson mengenai sejarah tenaga nuklir di Jepang.

Ulasan artikel oleh Tyson Vaughan. Diterjemahkan oleh Anto Mohsin.

 

Judul: The Energy of a Bright Tomorrow’: The Rise of Nuclear Power in Japan (Energy Terang Masa Depan: Bangkitnya Tenaga Nuklir di Jepang)
Tagged on:                     

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *